SMAN 2 BUSUNGBIU, PUCAKSARI, BUSUNGBIU, BULELENG, BALI: MELAYANI DENGAN HATI DEMI PESERTA DIDIK YANG BERAKHLAK MULIA, BERPRESTASI DAN BERTANGGUNG JAWAB

Minggu, 18 November 2012

“Menyama Braya”

Kata Menyama Braya,  sering terdengar berkaitan dengan kegiatan yadnya di Bali. Namun, apa sesungguhnya makna dibalik kata Menyama Braya. Ada yang mengungkapkan bahwa Menyama Braya sama dengan gotong royong demi berbagi kebahagiaan dan kasih. Melakukan kegiatan secara bersama-sama sehingga berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Betulkah?
Menyama Braya adalah salah satu kearifan lokal yang patut dilestarikan dan bahkan ditumbuhkembangkan. Nilai kearifan lokal Menyama Braya mengandung makna persamaan dan persaudaraan dan pengakuan social bahwa kita adalah bersaudara. Sebagai satu kesatuan sosial persaudaraan maka sikap dan prilaku dalam memandang orang lain sebagai saudara yang patut diajak bersama dalam suka dan duka. Sudahkah makna ini mewujud nyata dalam kehidupan masyarakat di Bali?
Terlepas dari diskusi seputar Menyama Braya, hari Rabu, 14 November 2012 seluruh guru dan pegawai SMAN 2 Busungbiu melaksanakan kegiatan Menyama Braya. Kegiatan dilaksanakan dengan mengunjungi rumah Ibu Ni Made Sutiari yang melaksanakan upacara manusa yadnya, yaitu tiga bulanan anaknya di Munduk Ngandang. Kehadiran guru dan pegawai SMAN 2 Busungbiu disambut dengan senyum oleh tuan rumah. Komunikasi berlangsung sangat cair dan menunjukkan rasa saling membagi.
Kedatangan guru dan pegawai SMAN 2 Busungbiu dalam rangka memberikan doa restu agar upacara yadnya dapat berjalan dengan baik. Sebagai  sebuah tim, seluruh warga SMAN 2 Busungbiu harus mengembangkan nilai Salunglung sabayantaka, paras paros sarpanaya. NIlai ini merupakan suatu nilai sosial tentang perlunya kebersamaan dan kerjasama yang setara antara satu dengan yang lainnya sebagai satu kesatuan sosial yang saling menghargai dan menghormati. Semoga Ida Sang Hyang Widi Wasa Asung Kerta Wara Nugraha. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda adalah Kebahagiaan Kami