Kata Menyama
Braya, sering terdengar berkaitan
dengan kegiatan yadnya di Bali. Namun, apa sesungguhnya makna dibalik kata Menyama Braya. Ada yang mengungkapkan
bahwa Menyama Braya sama dengan gotong
royong demi berbagi kebahagiaan dan kasih. Melakukan kegiatan secara
bersama-sama sehingga berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Betulkah?
Menyama
Braya adalah salah satu kearifan lokal yang patut dilestarikan dan
bahkan ditumbuhkembangkan. Nilai kearifan lokal Menyama Braya mengandung makna persamaan dan persaudaraan dan
pengakuan social bahwa kita adalah bersaudara. Sebagai satu kesatuan sosial
persaudaraan maka sikap dan prilaku dalam memandang orang lain sebagai saudara
yang patut diajak bersama dalam suka dan duka. Sudahkah makna ini
mewujud nyata dalam kehidupan masyarakat di Bali?
Terlepas dari diskusi seputar Menyama Braya, hari Rabu, 14 November 2012 seluruh guru dan pegawai
SMAN 2 Busungbiu melaksanakan kegiatan Menyama
Braya. Kegiatan dilaksanakan dengan mengunjungi rumah Ibu Ni Made Sutiari
yang melaksanakan upacara manusa yadnya, yaitu tiga bulanan anaknya di Munduk
Ngandang. Kehadiran guru dan pegawai SMAN 2 Busungbiu disambut dengan senyum
oleh tuan rumah. Komunikasi berlangsung sangat cair dan menunjukkan rasa saling
membagi.
Kedatangan guru dan pegawai SMAN 2 Busungbiu dalam
rangka memberikan doa restu agar upacara yadnya dapat berjalan dengan baik.
Sebagai sebuah tim, seluruh warga SMAN 2
Busungbiu harus mengembangkan nilai Salunglung sabayantaka, paras paros
sarpanaya. NIlai ini merupakan suatu nilai sosial tentang perlunya
kebersamaan dan kerjasama yang setara antara satu dengan yang lainnya sebagai
satu kesatuan sosial yang saling menghargai dan menghormati. Semoga Ida
Sang Hyang Widi Wasa Asung Kerta Wara Nugraha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda adalah Kebahagiaan Kami