SMAN 2 BUSUNGBIU, PUCAKSARI, BUSUNGBIU, BULELENG, BALI: MELAYANI DENGAN HATI DEMI PESERTA DIDIK YANG BERAKHLAK MULIA, BERPRESTASI DAN BERTANGGUNG JAWAB

Senin, 24 November 2014

Anies Baswedan, Guru Anak-anak Muda Indonesia

Nama Anies Baswedan tidak asing lagi di telinga para generasi muda. Ide dan pemikirannya yang cerda membawa angin segar bagi perubahan bangsa.
Pria kelahiran Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969 ini menorehkan tinta emas sebagai intelektual muda nasional namun berprestasi global. Hal ini dimulai sejak Anies menjadi peserta AFS, Intercultural Programs yakni program pertukaran pelajar siswa Indonesia-Amerika, tahun 1987. Ia kemudian menjadi salah satu tokoh intelektual muda Indonesia.
Anies berhasil masuk dalam daftar 100 intelektual Publik Dunia oleh Majalah Foreign Policy. Anies tercantum di majalah terbitan Amerika ini pada edisi April 2008. Dia merupakan satu-satunya orang Indonesia yang tercantum namanya pada majalah tersebut.
Pria yang dikenal ramah dan murah senyum ini berhasil mensejajarkan namanya bersama para intelektual muda kelas dunia di antaranya Al Gore (aktivis lingkungan/mantan Wakil Presiden AS), Francis Fukuyama (ilmuwan AS), Lee KuanYew (menteri mentor Singapura) hingga pemenang Nobel perdamaian asal Bangladesh Muhammad Yunus. Hanya ini saja? Tentu tidak.
Selain itu, pada April 2010 pria bernama lengkap Anies Rasyid Baswedan ini juga terpilih sebagai salah satu dari 20 tokoh yang akan membawa perubahan dunia untuk 20 tahun mendatang versi majalah Foresight. Majalah terbitan Jepang ini menampilkan 20 tokoh yang diperkirakan akan menjadi perhatian dunia, salah satunya adalah nama Anies yang disematkan berdampingan dengan 19 tokoh dunia lain seperti Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, Presiden Venezuela Hugo Chavez, Menlu Inggris David Miliband, anggota Parlemen serta Sekjen Indian National Congress India Rahul Gandhi.
Siapa sesungguhnya sosok cerdas yang sudah mendunia ini? Anies Baswedan berasal dari keluarga sederhana, masa kecil Anies dihabiskan di Kota Pelajar, Yogyakarta. Lahir dari pasangan Rasyid Baswedan dan Aliyah Rasyid keduanya merupakan dosen di salah satu Perguruan Tinggi di Yogyakarta. Sebagai informasi, Anies muda bukanlah seorang bintang di kelasnya. Sejak kecil Anies malah tidak pernah juara kelas, tetapi bakat  kepemimpinannya sudah terlihat, saat kecil dia selalu proaktif terhadap berbagai hal dibanding teman-teman seusianya.
Anies juga membentuk perkumpulan anak-anak muda di kampungnya yang diberi nama ‘Kelabang’ (Klub Anak Berkembang) pada usia yang relatif masih sangat muda yakni umur 7 tahun. Bayangkan saja, di usia yang pada umumnya anak sedang asyiknya bermain kelereng dia justru sudah memikirkan sesuatu pemikiran yang besar.
Anies boleh saja menjadi sosok intelektual di masa kini, namun tahukah Anda, selain menjadi anak yang aktif, Anies ternyata gemar adu jotos dengan teman-teman sebayanya.
"Semua orang saya anggap sak tinju. Ditonjokin (dipukul) semua..." ucap suami dari Fery Farhati Ganis, S.Psi. M.Sc, mengenang masa kecilnya. "Saya merasa terinspirasi Muhammad Ali," ungkap Anies, menyebut idolanya petinju legendaris berkulit hitam asal Amerika Serikat itu.
Lantaran gemar meninju teman-teman sebayanya, baik di sekolah atau di lingkungan rumahnya di Yogyakarta, berulangkali ia pun dipanggil kepala sekolah. “Saat kelas 1 dan 2 sekolah dasar, saya memang agak punya masalah," ucap ayah dari empat orang anak ini.
Namun demikian, siapa sangka, kegemarannya bertinju itu kelak mengantarnya gemar membaca buku, dan mengenal tokoh-tokoh nasional dan dunia, serta belakangan membuatnya akrab dengan istilah dan makna inspirasi.
Beranjak remaja, Anies tumbuh menjadi seorang yang hebat dan berprestasi. Saat SMP, dia dipercaya menjadi Ketua Seksi Pengabdian Masyarakat di sekolahnya SMP Negeri 5 Yogya. Anies selalu dipercaya oleh guru-gurunya untuk tampil mewakili sekolahnya kala itu. Hal yang lebih menakjubkan lagi ketika Anies duduk di bangku SMA Negeri 2 Yogya, Anies yang baru duduk di kelas satu sudah dipercaya menjadi ketua OSIS SMA se-Indonesia, hal yang sangat jarang terjadi di setiap sekolah di seluruh penjuru negeri ini.
Anies mengikuti program pertukaran pelajar AFS Intercultural Programs di Indonesia yang diselenggarakan oleh Bina Antarbudaya, selama satu tahun di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat (1987-1988). Anies terpaksa menjalani masa SMA selama 4 tahun pada (1985-1989).
Jiwa aktivis mengalir begitu deras dalam sekujur tubuh Anies. Dia tumbuh menjadi pemuda aktif. Lulus dari SMA dia lalu melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Ekonomi UGM di tahun 1989, Anies aktif di gerakan mahasiswa dan menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa UGM.
Setelah meraih gelar sarjananya tahun 1995, Anies mendapatkan beasiswa Fulbright untuk pendidikan Master Bidang International Security and Economic Policy di Universitas Maryland, College Park. Berkat prestasi-prestasinya yang sangat gemilang, sewaktu kuliah, dia dianugerahi William P. Cole III Fellow di Maryland School of Public Policy, ICF Scholarship, dan ASEAN Student Award.
Tak hanya sampai di situ, 10 tahun kemudian Anies kembali melanjutkan pendidikan doktoralnya menggunakan jalur beasiswa di Universitas Northern Illinois, Amerika Serikat dan dapat menyelesaikan disertasinya dengan sangat baik.
Setelah menyelesaikan studinya, ia pun langsung pulang ke Indonesia, kiprahnya di Jakarta begitu hebat. Selain berprofesi sebagai intelektual, Anies selalu mengisi kegiatan-kegiatan seminar pendidikan, keagamaan dan kebangsaan.
Tak ayal melihat kiprahnya yang demikian hebat, dua tahun kepulangannya Anies langsung terpilih sebagai rektor Universitas Paramadina, sebuah universitas yang dibangun dengan modal warisan intelektual dan nama besar almarhum Nurcholis Madjid yang mendunia. Saat itu usianya baru menginjak 38 tahun, ia pun dianugerahkan sebagai Rektor Termuda di Indonesia.
Doktor ilmu politik dari Northern Illinois University, AS, ini lahir dari keluarga pendidik yang menyimpan tekad untuk turut membangun bangsa melalui jalur pendidikan.
“Kami tidak berencana menyelesaikan masalah pendidikan di Indonesia, tapi kami berencana mengajak semua pihak turun tangan menyelesaikan masalah pendidikan Indonesia. Problem yang ada di bangsa ini luar biasa banyak. Tidak bisa kita berharap satu orang menyesaikan every single detail,” ujar Anies.
Tergugah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, Anies pun mendirikan gerakan pendidikan baru yaitu Indonesia Mengajar. Sebuah program yang merekrut anak-anak muda terbaik lulusan perguruan tinggi di Indonesia untuk mengabdi sebagai guru di sekolah-sekolah dasar yang berada di pelosok Indonesia.
Lewat program Indonesia Mengajar, Anies mengajak para pemimpin muda Indonesia yang telah selesai berkiprah di dunia kampus, untuk terjun ke desa-desa di pelosok negeri yang tanpa listrik, tanpa sinyal telepon. Menyebarkan harapan, memberikan inspirasi, dan menggantungkan mimpi bagi anak-anak negeri lewat kehadiran para lulusan terbaik universitas ternama.
Ini pembuktian bahwa Anies ingin membangun Indonesia dengan langkah sederhana  yang konkrit namun memberi terang setelah kegelapan. Tak salah jika ia dijuluki sebagai sang guru bangsa.Bangga? Tentu saja!


readmore »»  

Surat untuk Ibu dan Bapak Guru dari Mendikbud

Ibu dan Bapak Guru yang saya hormati dan muliakan,

Semoga Ibu dan Bapak Guru dalam keadaan sehat, bahagia, dan penuh semangat saat surat ini menemui Ibu dan Bapak sekalian. Seiring dengan peringatan Hari Guru ini, atas nama pemerintah, saya menyampaikan apresiasi kepada Ibu dan Bapak Guru semua yang telah mengemban tugas mulia serta mengabdi dengan hati dan sepenuh hati. Izinkan saya dengan rendah hati menyampaikan rasa hormat, rasa terima kasih, dan rasa bangga atas pengabdian Ibu dan Bapak sekalian.

Menjadi guru bukanlah pengorbanan. Menjadi guru adalah sebuah kehormatan. Ibu dan Bapak Guru telah memilih jalan terhormat, memilih hadir bersama anak-anak kita, bersama para pemilik masa depan Indonesia. Ibu dan Bapak Guru telah mewakili kita semua menyiapkan masa depan Indonesia. 

Mewakili seluruh bangsa hadir di kelas, di lapangan, bahkan sebagian harus mengabdi dengan fasilitas ala kadarnya demi mencerahkan dan membuat masa depan yang lebih baik untuk anak-anak kita. Saya ingin menggarisbawahi bahwa persiapan masa depan bangsa dan negara Indonesia ini dititipkan pada Ibu dan Bapak Guru.

Saya menyadari masih banyak tanggung-jawab pemerintah pada Guru yang belum ditunaikan dengan tuntas. Kita harus mengakui bahwa bangsa ini belum menempatkan guru sebagaimana seharusnya. Guru memiliki peran yang amat mulia dan amat strategis. 

Saya percaya bahwa cara kita memperlakukan guru hari ini adalah cermin cara kita memperlakukan persiapan masa depan bangsa ini. Kita harus mengubah diri, kita harus meninggikan dan memuliakan guru. 

Pemerintah di semua level harus menempatkan guru dengan sebaik-baiknya dan menunaikan secara tuntas semua kewajibannya bagi guru. Pekerjaan rumah pemerintah, di semua level masih banyak, mulai dari masalah status kepegawaian, kesejahteraan, serta hal-hal lainnya yang berhubungan dengan guru harus dituntaskan.

Meskipun demikian, dibalik semua permasalahan yang ada, pendidikan harus tetap berjalan dengan baik. Di pundak Guru, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, ada wajah masa depan kita. Setiap hari Ibu dan Bapak Guru menemui wajah masa depan Indonesia, dan di ruang-ruang kelas itulah anak-anak bersiap bukan saja untuk menyongsong tetapi juga untuk memenangkan masa depan.

Hari-hari di depan kelas tentu menyedot energi. Anak-anak yang menuntut perhatian. Tugas-tugas Guru yang menumpuk. Masih banyak ruang kelas yang tak memadai, fasilitas belajar yang ala kadarnya, atau suhu udara yang tidak selalu bersahabat, ibu dan bapak guru yang saya hormati, teruslah hadir membawa senyum; berbekal kerahiman, songsonglah anak-anak bangsa ini dengan kasih sayang; hadirlah dengan hati dan sepenuh hati. 
Kita semua sadar bahwa pendidikan adalah ikhtiar fundamental dan kunci untuk kita dapat memajukan bangsa. Potensi besar di Republik ini akan dapat dikembangkan jika manusianya terkembangkan dan terbangunkan.

Kualitas manusia adalah hulunya kemajuan dan pendidikan adalah salah satu unsur paling penting dalam meningkatkan kualitas manusia. 

Pada kesempatan ini saya mengajak kita semua untuk melihat pendidikan bukan semata-mata urusan negara, urusan pemerintah. Tanpa mengurangi peran negara, karena negara masih harus menyelesaikan tanggung-jawab yang belum tuntas dan meningkatkan kinerjanya, saya mengajak semua warga bangsa Indonesia untuk ikut bekerja sama demi masa depan Indonesia yang lebih baik. Ya, secara konstitusional mendidik adalah tanggung jawab negara, tetapi secara moral mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik.

Saya mengajak semua kalangan, mari terlibat untuk membantu sekolah, guru, madrasah, balai belajar, dan taman belajar. Kita terlibat untuk mendorong kemajuan pendidikan. Untuk itu pula, kepada Guru, Kepala Sekolah, dan Tenaga Kependidikan mari kita bukakan pintu lebar-lebar. Kita mengajak dan memberi ruang kepada masyarakat untuk ikut terlibat, memikirkan, dan berbuat untuk kemajuan dunia pendidikan kita.

Ibu dan Bapak Guru yang saya muliakan, 

Potret Indonesia hari ini adalah potret hasil dunia pendidikan di masa lalu. Potret dunia pendidikan hari ini adalah potret Indonesia masa depan. Jadikan rumah kita dan sekolah kita menjadi zona berkarakter mulia. Izinkan anak-anak kita merasakan rumah yang membawa nilai kejujuran. Izinkan anak-anak kita merasakan sekolah yang guru-gurunya adalah teladan. Biarkan anak-anak kita mengingat Kepala Sekolahnya dan seluruh Tenaga Kependidikan di sekolahnya sebagai figur-figur bersih dan terpuji karakternya. 

Bayangkan Ibu dan Bapak Guru yang terhormat, kelak anak-anak kita akan hidup di era baru. Mereka hidup di era yang korupsi sudah dianggap sebagai sesuatu yang basi, sesuatu yang bukan lagi kelaziman, dan tidak semata-mata dipandang sebagai persoalan pelanggaran hukum, tetapi lebih dari itu korupsi menyangkut persoalan harkat dan martabat kemanusiaan. 
Pada suatu saat, ketika anak-anak kita, murid-murid itu telah dewasa dan berkiprah di dalam masyarakat, mereka kelak bisa bertutur, "Saya belajar jujur, dan belajar integritas dari Guru". Seraya, nama Ibu/Bapak Guru disebut. 

Ibu dan Bapak Guru mungkin saja tidak mendengar langsung ucapan-ucapan itu, tetapi yakinlah bahwa melalui anak didik yang meneladani Ibu/Bapak Guru itulah aliran pahala untuk Ibu dan Bapak tidak akan pernah berhenti. Pahala yang tiada henti-hentinya melalui anak-anak didik yang menjadi manusia berkarakter mulia, yang menjalani hidup dengan kejujuran dan berintegritas. 

Karakter memang tidak cukup diajarkan melalui lisan dan tulisan. Karakter diajarkan melalui teladan. Oleh karena itu, Ibu dan Bapak Guru yang saya muliakan, jadilah figur-figur yang diteladani oleh murid-murid dan lingkungannya.

Akhirnya, kepada seluruh Guru, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, saya sampaikan apresiasi. Sekali lagi, atas nama pemerintah, saya sampaikan terima kasih. Ikhtiar mulia ini harus kita teruskan. Suatu saat kelak, Ibu dan Bapak Guru dapat melakukan refleksi atas apa yang sudah dijalani sambil bersyukur bahwa di saat Indonesia sedang mengubah wajahnya menjadi lebih baik, lebih bersih, lebih jujur, lebih cerdas, lebih kreatif, dan lebih cerah, Ibu dan Bapak Guru memegang peran penting. 

Kelak Ibu dan Bapak dapat berkata, "Saya disana, saya terlibat. Sekecil apapun saya ikut mendidik generasi lebih baik. Saya ikut melahirkan generasi baru dan ikut berkontribusi membuat wajah Indonesia yang lebih cemerlang, dan membanggakan."

Selamat meneruskan pengabdian mulia, selamat menginspirasi, dan Selamat Hari Guru. 

Salam hangat, 
Anies Baswedan



readmore »»